Dalam beberapa tahun terakhir, ada banyak artikel, diskusi, dan laporan tentang materi keajaiban yang disebut "graphene". Ini adalah salah satu bahan yang paling sulit dan paling tangguh di dunia dan telah berada di bibir semua orang sejak Hadiah Nobel pada tahun 2010 paling lambat. Karena banyak keuntungan (misalnya sangat fleksibel, hampir transparan, 100-300 kali lebih kuat dari baja, konduktor panas yang sangat baik, dll), ia memiliki potensi ekonomi yang sangat besar dan dapat digunakan di masa depan untuk produksi sel surya, display dan microchip.
Fosforen versus graphene
Untuk beberapa waktu sekarang, bagaimanapun, telah tampak seolah-olah graphene telah menghadapi persaingan dari fosfor hitam yang tidak beracun (fosforen). Yang, seperti graphene, memiliki lapisan atom dua dimensi. Namun, ia memiliki celah pita yang jauh lebih besar daripada graphene, menjadikannya kandidat yang lebih menjanjikan untuk nanotransistor. Selain itu, studi ilmiah oleh Trinity College Dublin di bawah arahan Jonathan Coleman sekarang juga mengkonfirmasi kesesuaian fosfor hitam untuk produksi massal.
Proses manufaktur berbiaya rendah
Fosfor hitam biasanya terbentuk dari fosfor putih di bawah tekanan tinggi (12.000 bar) dan suhu tinggi (200 ° C). Namun, baru-baru ini ada metode yang baru dikembangkan untuk mensintesis arsenik-fosfor hitam tanpa tekanan tinggi. Yang lebih murah karena lebih sedikit energi yang dibutuhkan. Metode ini dikembangkan dalam kerjasama antara Technical University of Munich (TUM) dan University of Regensburg, serta universitas Amerika Southern California (USC) dan Yale.
Jika Anda ingin mempelajari lebih lanjut tentang dua hasil penelitian yang disebutkan di sini, Anda dapat menemukan informasi lebih lanjut di URL yang disebutkan dalam referensi kami. Bagaimanapun, kita bisa penasaran untuk melihat solusi inovatif apa yang akan disajikan kepada kita dalam beberapa tahun ke depan dengan pesaing graphene baru.